Gratitude List in 2019


Mumpung masih di bulan Januari dan momentum pergantian tahun masehi yang masih cukup hangat, I would like to share my gratitude list selama tahun 2019 kemarin, yang biasanya di blog ini saya rangkum dalam highlights tahunan, refleksi dan lesson learned untuk pembelajaran kedepannya. Untungnya, tahun 2019 habit menulis catatan jurnal setiap pagi cukup menolong sebagai bahan untuk menulis kali ini, meskipun diakhir-akhir tahun kemarin dan awal tahun 2020 habit ini mulai hilang. Banyak hal positif sebenarnya bisa diambil dari menulis jurnal setiap pagi dimana kita bisa men-capture pikiran-pikiran random yang mendominasi otak kita di waktu prime time di pagi hari. Dan ketika membaca kembali jurnal tersebut di beberapa tahun kemudian bisa membuat senyum senyum sendiri, saking randomnya.

Tahun 2019 setidaknya ada 3 highlights yang cukup besar peranannya mengubah arah hidup saya: pertama tentang quarter life crisis yang masih berlanjut, kedua menemukan “kacamata” baru, dan terakhir, dipertemukan dengan dia.

#1 Quarter Life Crisis :
The more options you have, the more difficult to choose
Adalah saat dimana pertengahan tahun ketika waktu itu benar-benar merasa dipersimpangan jalan: antara tetap bertahan berkarir di Jakarta, atau kembali ke rumah dengan segala konsekuensinya. Alhamdulillah, sudah melewati masa itu and finally found the answer now, dan insha Allah akan mulai menjalani keputusan itu di tahun ini. Saya ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam proses discovery ini, (kenapa jadi kaya sambutan skripsi gini -_-), yaitu teman2 sekaligus keluarga di Arsa Jakarta, yang sudah mau rela susah dan senang bareng beberapa tahun terakhir selama saya masih terlibat disana. Terutama, project Sharing and Fun Educating 4 (SAFE) di Muara Gembong, Bekasi awal tahun lalu, yang menjadi kegiatan volunteering terakhir saya bareng mereka, but we are still family tough 😊. Percaya bahwa hal kecil apapun yang teman-teman berikan (dengan ikhlas) untuk kegiatan sosial atau volunteer dimanapun itu, akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat oleh sang maha Baik. Insha Allah.

#2 Menemukan (kembali) kacamata baru:
Random thoughts banyak keluar saat perjalanan
Momen menemukan perspektif baru di tahun 2019 bisa dibilang turning point yang cukup krusial mengubah cara pandang saya menjalani hidup. Kacamata yang sebenarnya sudah sering kali saya sadar itu ada, namun lebih sering saya simpan dan jarang saya gunakan sehari-hari. Ini bukan kacamata minus yang sehari-hari saya gunakan. Kacamata yang saya maksud adalah perspektif dalam melihat dunia, dan hakikat dunia itu. Saya yang kemudian sadar untuk harus lebih sering menggunakan kacamata ini dalam menjalani hidup sehari-hari, yaitu kacamata akhirat. Melihat segala sesuatu dari framework akhirat, end goal dan kehidupan kita. Melihat behind the scene. Bahwa dunia adalah ilusi, senda gurau dan nilainya tidak worthed untuk diperjuangkan. Thanks to my guru ust Muhammad Nuzul Dzikri -hafizhahullah yang tidak henti2nya selalu mengingatkan muridnya (semoga diakui sebagai murid hehe), untuk selalu berambisi pada sesuatu hal yang bernilai tinggi, yaitu Surga Allah jalla jalaluh, dan berusaha terus zuhud dengan dunia yang nilainya tidak lebih besar dari satu sayap nyamuk ini.

May Allah mercy us and give us strength to apply this framework or knowledge in our daily life. Aamiin allahumma aamiin.



#3 Dipertemukan dengan dia:
Dia siapa hayo? :D

Sebelum membahas dia, ada satu nikmat yang alhamdulillah, adalah nikmat besar yang diberikan Allah kepada seorang hambanya: nikmat iman dan islam. Ini saya rasakan saat beberapa minggu di Amerika Serikat, seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, bahwa nikmat iman itu sensasinya terasa sekali saat kita menjadi minoritas, dengan segala tantangannya untuk beribadah dan mempertahankan iman.

MIT Building
Saat disana, saya sempat berpikir bahwa sangat beruntungnya saya, Allah masih beri nikmat untuk mempunyai rasa Iman kepada Allah, merasakan hadirnya Allah yang mengatur langit dan bumi, karena tidak semua orang Allah beri nikmat yang besar ini.

“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik.  Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Pengalaman pertama kali ke Amerika kemarin menjadi salah satu highlight dan milestone yang cukup berarti buat saya di tahun 2019, alhamdulillah disana tidak hanya belajar soal social entrepreneurship, bidang yang memang saya sukai, tapi juga berkesempatan travel ke beberapa kota dan sempat mampir ke beberapa masjid yang berada disana. Insha Allah akan lebih banyak cerita untold story yang tidak saya ceritakan dimana-mana di platform yang baru saya bikin bulan ini: Podcast Ayi Bram. Disitu mungkin lebih detail cerita di negeri sekuler ini dan lebih sedikit filternya.

Then, who is her?
Insha Allah, akan ketemu jawabannya di next tulisan insha Allah.

Barakallahu fiikum.

Komentar

Postingan Populer