Kuliah Lagi

Setelah berbulan bulan tidak menulis lagi di blog ini, finally I made time to write here, and reflect back what just happened in my life in the last 3 months. Tentu, dengan beberapa tanggung jawab baru —seperti yang saya tulis sebelumnya disini — mencari waktu untuk menulis adalah hal yang sulit, dengan adanya prioritas-priotas baru dalam hidup. Tidak lagi semudah dulu ketika ingin menulis, mungkin juga semakin kesini filter dan distraksi lebih banyak dari sebelumnya. Konsistensi memang salah satu hal yang paling sulit di dunia. #alesan


Dan ternyata sekarang kita sudah berada di penghujung bulan November dan artinya satu bulan lagi 2020 akan meninggalkan kita. Toughest year ever, kata orang-orang. Banyak sekali challenge yang manusia bumi hadapi di tahun ini (off course primarily because of the pandemic issue), tapi juga tidak sedikit juga yang merasa tahun ini tahun terbaiknya dengan berbagai hikmah dan nikmat yang diterima. And for me, apparently, this year is one of my big milestones and have changed my identity. Hopefully, nanti di akhir tahun bisa merangkum highlight di tahun ini —yang biasa saya lakukan di tahun-tahun sebelumnya.


Kali ini saya ingin sedikit cerita tentang satu perubahan di tahun ini yang membuat hidup saya tidak sama lagi dengan sebelumnya.



Credit: Unsplash


Jadi, di bulan April lalu saya mendapatkan sebuah email dari admission panel salah satu program pascasarjana yang saya daftar. Waktu itu memang mencoba mendaftar beberapa beasiswa sekaligus, dengan metode seperti melempar jaring (walaupun endingnya cuma sampai tahap interview hahaha). Jadi kalau terima email pengumuman dari program-program ini biasanya saya langsung skimming dan menemukan kalimat "we are sorry to inform you" atau "I regret to inform you" dan kalimat-kalimat sejenis yang berbau penolakan. Jadi sudah agak pesimis pas mau buka email yang judulnya: RESULT OF THE SELECTION PROCESS itu.


Dan kali ini ternyata berbeda:




Berulang kali saya baca email ini dari atas sampai bawahdan memang tidak menemukan ada nada penolakan. Rasanya campur-campur antara excited dan deg-degan. Selain karena masih setengah percaya, yang membuat deg-degan adalah paragraf selanjutnya terdapat catatan bahwa harus melengkapi administrasi lain seperti skor IELTS, copy passport, dll, sebelum deadiline yang ditentukan. Tapi alhamdulillah sampai batas waktu yang ditentukan saya bisa melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan officially accepted to this program. ALHAMDULILLAH.


After thank you Allah, for this chance, I would say thank you as well to my 'scholarship partner' sekaligus advisor essay, Jimmy –salah satu Brown mate di program YSEALI –yang sudah mengenalkan dengan program ini. Yang tertarik untuk tanya-tanya tentang beasiswa mungkin bisa kontak Jimmy disini hahaha. Mungkin nanti kalau ada kesempatan saya akan share juga disini tentang step by step untuk untuk perencanaan kuliah lagi, insyaAllah.


Then, fast forward, di bulan September kemarin saya ikut kegiatan orientasi yang dilakukan secara online. Dan setelah orientasi ini, saya resmi berstatus Mahasiswa, dan kuliah lagi. Setelah hampir 4 tahun tidak merasakan suasana kelas dulu saat kuliah S1 agak canggung memang untuk menyesuaikan diri, terlebih dengan bahasa inggris aksen Italia yang digunakan dosen-dosen disini dalam mengajar, makin membuat adaptasi butuh waktu lebih lama. Oh ya, jadi di program EPOG+ yang saya ikuti sekarang, tahun pertama (semester 1 dan 2) itu kuliahnya di University of Turin di Italy dan tahun ke 2 (semester 3-4) nanti di UTC Compiegne, Paris. Program Erasmus+ memang unik karena kuliahnya pindah-pindah dan kita bisa dapat kesempatan untuk belajar culture dan bahasa di Negara tempat kita berkuliah.


Di semester pertama ini, semua kelas dilakukan secara online, mengingat kasus Covid-19 di Italy termasuk tinggi. Kebijakan kampus yang memberikan kelonggaran untuk mengikuti kuliah dari rumah masing-masing. Konsekuensinya adalah student yang tinggal dibagian timur bumi harus begadang (jam 1 pagi) untuk ikut kelas waktu sore disana (perbedaan 7 jam antara Waktu Indonesia Tengah dan CET, Paris Time). Menyesuaikan diri dengan hidup di dua zona waktu ini tidak mudah. Apalagi setiap hari hampir ada kelas nonstop. Oh ya, setelah resmi kuliah lagi dan jadwal sudah keluar, saya memutuskan untuk resign dari kantor, karena jadwal kuliah yang sangat demanding. Sedih? tidak usah ditanya lagi. Meninggalkan teman-teman di Instellar yang sudah hampir 3 tahun ini bersama sama tentu keputusan yang tidak mudah. But that's life, that's the process. Hopefully, nanti bisa silaturahim dan keep in touch dengan kolega-kolega disana, aamiiin.


So, that's it. Tidak mudah memang dengan rutinitas baru ini. Harus membiasakan baca papers dan suggested readings yang super banyak, dan mengejarkan assignment yang datang silih berganti. Hahaha jadi curhat. I will share later what and how the difference antara metode belajar disana dan sistem belajar waktu kuliah S1 dulu, insya Allah. Segitu dulu cerita singkatnya, karena masih banyak paper dan assignment yang menanti setelah ini (alasan lagi). Terima kasih yang sudah membaca sampai akhir tulisan ini. Semoga bermanfaat, kalau ada pertanyaan seputar beasiswa Erasmus atau program EPOG+, feel free to reach me out here.


This is a new journey, and I can't wait to absorb the knowledge, feel the experience, and share the upcoming story with others, insyaAllah. 


Until next time!

 


Komentar

Postingan Populer