Sekilas Tentang Koperasi Kasih Indonesia

Alhamdulillah, tidak terasa sudah hari ke-13 Ramadhan. Masih ada dua 2 mingguan lagi menuju hari raya. Hari yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Semoga kita bisa melewati bulan yang mulia ini dan menikmati tiap-tiap waktu di bulan ramadhan dengan aktivitas yang bermanfaat. Di waktu senggang ini, saya ingin sedikit bercerita tentang Koperasi Kasih Indonesia, koperasi yang mengadopsi sistem Grameen Bank, yang belum lama ini mendapat penghargaaan Ernst & Young Social Entrepreneur of The Year 2014. Yuk dimulai.

Beberapa hari yang lalu, saya mencoba apply intern untuk mengisi liburan panjang tahun ini. Bukan magang di kantor pemerintahan/swasta yang biasanya menawarkan fasilitas wah, tapi justru di sebuah organisasi minim fasilitas, insentif yang tidak seberapa, ditambah tempat yang jauh pula. Organisasi itu bernama Koperasi Kasih Indonesia, sebuah koperasi yang concern memberdayakan keluarga pra-sejahtera yang tinggal di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Pinjaman (loan) sebagai salah satu produk andalan KKI sampai saat ini mampu menolong banyak keluarga dengan membantu meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Penasaran dengan sistem dan cara kerja KKI membuat saya tidak sabar untuk melihat langsung bagaimana dampak positif yang dibuat KKI disana.

Rasa penasaran saya terjawab ketika saya diminta ikut bersama Mba Atun, salah seorang petugas lapangan KKI. Saat ini ada sekitar 8 orang petugas lapangan yang diturunkan untuk keperluan survey, menarik angsuran dan mencari calon anggota. Observasi di lapangan ini adalah salah satu rangkaian tes bagi calon operation intern. Dan dari rangkaian tes itu, memang observasi lapangan lah yang paling menyenangkan. Keluar masuk rumah anggota, melihat bagaimana kerasnya kehidupan masyarakat Cilincing. Sungai-sungai disana terlihat berwarna hitam, container-container yang tersusun berantakan dapat ditemukan hampir disetiap sudut gang. Setiap rumah yang kami masuki (siang itu sekitar 7 rumah) selalu ada cerita dan pelajaran tersendiri. Kebanyakan keluarga yang meminjam adalah untuk keperluan menambah barang di warung nya, mengembangkan usaha kredit dan berjualan asongan di sekitar pelabuhan Tanjung Priok. Cerita dari masing-masing mereka tentang perjuangan hidup mirip dengan yang sering ditayangkan di acara-acara reality show. Tapi berada langsung ditengah-tengah mereka tentu ada perasaan dan suasana yang berbeda. Dari sana saya sadar, bahwa kemiskinan bukanlah selalu tentang kemalasan, tapi juga karena tidak adanya akses informasi dan pemahaman yang tidak memadai.

Yang menarik dari petugas KKI adalah, mereka selalu mengucap semacam 'janji' ketika akan memulai tugasnya di rumah anggota, dengan kalimat dan intonasi yang selalu sama. Selama proses observasi, saya banyak mendapat informasi dan pengetahuan baru dari mba atun, seperti misalnya risk mangagement. Menentukan kelayakan keluarga yang dapat diberikan pinjaman ternyata ada seni nya. Mba atun adalah orang asli priok, ia sudah mengenal karakter orang dan kondisi lapangan Cilincing. Ia sudah bekerja di KKI kurang lebih satu tahun. Gaji nya sudah diatas UMR, dan belum termasuk insentif lain. Hanya saja setiap  petugas KKI tidak diberikan bonus apabila berhasil mencari dan membentuk kelompok baru. Saat ini sudah hampir 550 keluarga yang telah mendapatkan pinjaman dengan range Rp. 1 juta - Rp. 2,5 juta. Pinjaman yang diberikan bukan untuk perorangan/individu tapi kepada kelompok yang terdiri dari 10-15 orang. Jika suatu saat ada anggota kelompok yang 'nakal' dengan tidak membayar angsuran, maka anggota kelompok lain akan 'udunan' untuk membantu melunasi pinjaman. Istilahnya sistem 'tanggung renteng'. Sebuah ciri yang memang sudah lama melekat sebagai salah satu keunggulan koperasi. 


Kalau dilihat dari jati-diri koperasi, KKI memang belum memenuhi prinsip-prinsip koperasi, seperti tidak adanya Rapat Anggota Tahunan (RAT), juga simpanan pokok dan wajib. Namun kalau melihat manfaat yang diberikan ke anggota tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebelum memberikan pinjaman, KKI mendidik calon anggota dengan memberikan pendidikan pelatihan tentang mengelola keuangan, pentingnya menabung, dan life skill yang relevan. 

Di sesi akhir, setelah observasi , saya diwawancarai oleh Ibu Lucy, co-founder dari KKI. Menurutnya, kalau semua anak muda ingin cari kerja yang nyaman-nyaman saja, siapa yang akan mengurus mereka yang kurang beruntung ini. Ibu Lusi dan bang Leon (Founder KKI) adalah alumni FE UI yang biasanya diajarkan tentang sistem ekonomi konvensional. Namun, mereka lebih memilih mengembangkan koperasi untuk membantu sesama. Semoga bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi yang sudah lama berkecimpung di koperasi atau pun mereka yang ingin selalu bermanfaat bagi sesama. 

Khoirunnaas anfa'uhum linnas.

Komentar

  1. Halooo, Kak!

    Yuk, ikuti Lomba Blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure".
    Tiga blogger terbaik akan diajak menjelajah Kalimantan dan berkesempatan mendapatkan grand prize, MacBook Pro.

    Info selengkapnya: http://log.viva.co.id/terios7wonders2015

    Jangan sampai ketinggalan, ya!

    BalasHapus
  2. Sudah selesai ya proses magangnya ?

    BalasHapus
  3. Bapak/ibu saya mau bikin kelompok koperasi kki saya bisa menghubungi no tlfon yang mana y pak/ibu di tunggu jawabannya y pak/ ibu kalau bisa hubungin no hp saya 081291709789 makasih y

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer