Self Reflection: On Flexible Working
Salah satu hal yang membuat saya bersyukur dengan mode bekerja fleksibel seperti sekarang ini adalah, kebebasan untuk menentukan kapan, bagaimana dan dimana saya akan bekerja di hari tersebut. Entah ini adalah aspek yang menyenangkan bagi seorang peneliti, atau sebenarnya ini justru membawa kesulitan tersendiri, karena boundaries dari ‘pekerjaan’ dan keluarga yang menjadi lebih samar. Misalnya dalam perjalanan kami baru-baru ini ke Parigi, di tengah tenangnya deburan ombak laut, laptop didalam tas yang juga ikut dibawa kesini seperti memanggil-manggil meminta untuk digunakan untuk membuka dan membaca email. Apalagi ketika zona waktu yang berbeda yang signifikan dengan kolega di benua lain, membuat mode flexibility ini terasa lebih menantang.
| My working spot in Parigi |
Menjadi peneliti dengan mode bekerja seperti ini (apalagi subjek penelitian di negara sendiri) sejujurnya banyak senangnya: bisa dekat dengan keluarga, bekerja dari pinggir pantai, tengah sawah, atau coffee shop dengan es kopi susu gula aren favorit dengan harga yang terjangkau. Tapi juga di sisi lain, terkadang I spent lot of times, ruminating tempat kerja mana yang cocok untuk mood saya di hari itu. Dengan decision fatigue di pagi hari seperti ini, menurut saya salah satu drawbacks dari bekerja dimana saja, jika dibandingkan dengan mereka yang berkantor atau peneliti yang punya lab di kampus masing-masing. Selain itu juga, mood untuk menulis atau merevisi paper kadang naik dan turun, apalagi jika habis ‘kena mental’ membaca komen dari reviewer-reviewer yang sangat menyakitkan hehe.
Tapi dibalik itu semua, saya percaya bahwa setiap pekerjaan yang kita pilih memiliki konsekuensi, plus dan minusnya masing-masing. Tinggal bagaimana kita memaknai dan membuat pekerjaan itu bermakna untuk diri sendiri, dan berusaha menciptakan nilai dan manfaat yang positif untuk orang lain dari pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Mengutip dari buku The Paradox of Choice nya Prof Barry Schwartz, salah satu tips yang bisa kita lakukan untuk tidak lagi sering menghabiskan waktu untuk ‘memilih’, adalah dengan membandingkan diri kita dengan orang yang tidak seberuntung kita, dan hindari comparing dengan orang diatas kita. Dengan begitu juga insya Allah kita bisa jauh lebih bersyukur dan merasa cukup dengan rezeki (termasuk pekerjaan) yang Allah pilihkan untuk kita :)
#Reflection
Komentar
Posting Komentar