Orang Asing dari Masa Depan

One of the perks di role yang saya jalani sekarang adalah fleksibilitas dalam menentukan tempat kerja alias Working from Anywhere (WFA). Sebuah privilege yang tentunya tidak dimiliki banyak orang, terlebih setelah pandemi dimana banyak kantor meminta karyawannya untuk kembali bekerja physically in office. Fleksibilitas ini membuat saya beberapa minggu terakhir berpindah pindah kota dari Palu, Jakarta, Bogor dan Bandung, dari satu coffee shop ke coffee shop lainnya. Tentu dari segi budget ini agak sedikit lebih besar, apalagi es kopi susu di Jakarta Selatan bisa sampai 50 ribu segelas haha. 

Setelah mencoba beberapa pekan di Palu dan Jakarta, kemudian saya mencoba opsi WFA dari kota yang dulu pernah menjadi rumah kedua dan sampai saat ini masih personally attach: Jatinangor dan Bandung. Memilih kembali disini karena selain banyak opsi cafe dan coworking space yang bisa didatangi, juga karena biaya hidup yang relatif lebih affordable. Sekaligus juga nostalgia dan bertemu teman-teman kuliah yang masih tersisa disini. 



Kampus yang tidak berubah banyak

Ternyata, saya dulu pernah menuliskan tentang Jatinangor di tahun 2012 – hampir 10 tahun yang lalu, saat pertama kali tiba dan merantau di Jatinangor. Dan membaca tulisan saya satu dekade lalu seperti membaca tulisan orang lain, stranger dan aneh sekali gaya penulisannya hahaha. Memang benar perkataan kalau diri kita 10 tahun yang lalu berbeda dengan diri kita saat ini. Itu juga yang membuat kita kadang menunda untuk berbuat baik atau memulai habit baru yang baik untuk diri kita di masa depan karena kita menganggap kita di masa depan adalah stranger, orang asing. 


Anyway, back to Jatinangor saat ini, tentunya banyak sekali yang berubah. Terakhir saya menulis waktu kembali kesini tahun 2017 lalu,  dimana perubahan juga sudah mulai banyak terjadi. Saat ini sudah ada jalan tol Cisumdawu yang bisa menjadi akses ke bandara Kertajati di Majalengka. Juga sudah berdiri apartemen baru dekat jalan Caringin, dan ada coffee shop baru dekat Jatos. Keadaan di kampus Ikopin juga mulai berubah –meski tidak banyak– sekarang pintu masuk dan keluar sudah berbeda, ada biaya parkir, mulai dibangung fasilitas waste management dan mulai ada fakultas baru juga. Tapi tetap ada rasa seperti orang asing ketika kembali kesini lagi. Teman sekelas dulu bahkan sudah ada yang menjadi karyawan di kampus, dan teman-teman lain yang sudah berbeda-beda kondisinya, mulai disibukkan dengan keluarga kecilnya. Rasanya waktu berjalan cepat sekali.


Menuju fasilitas waste management baru di Kampus

Everyone changes. Dan kita tidak bisa memaksakan keadaan dan kondisi seseorang yang sudah berubah dan meminta mereka untuk tetap seperti dulu. Justru menerima keadaan dan kondisi kita (dan orang lain) saat ini membuat kita menjalani hidup lebih lapang.  Seperti kata seorang Stoic philosopher: 


“Willing acceptance – now, at this very moment – of all external events. That’s all you need.” 


Komentar

Postingan Populer