Hidupkan Mimpi

Masa transisi setelah lulus kuliah biasanya memang jadi confusing moment, seperti saat ini setelah (alhamdulillah) menyelesaikan studi pascasarjana. Bukan hal yang mudah ternyata, terlebih dengan banyaknya pilihan misalnya apakah tetap tinggal dan bekerja di negeri orang atau kembali ke berkarya ke kampung halaman. Ditengah banyaknya opportunities yang bisa diambil, justru terkadang jauh lebih rumit dan overwhelmed untuk memutuskan. Paradox of Choice, kalau kata bukunya Barry Schwartz


Tentunya masing-masing pilihan memiliki pro and cons. Saya pernah membagikan tips bagaimana menentukan pilihan terbaik dengan merujuk kepada our morall compass and values that we believe, episodenya bisa didengarkan disini. Walaupun ternyata implementasinya tidak semudah itu setelah dijalankan hahaha.


Akhirnya setelah melewati masa kontemplasi yang cukup panjang, berhari-hari mencoba metode refleksi seperti mindful walking di taman dekat asrama, istikharah, konsultasi, dll, akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah air Indonesia


Mindful walk di taman depan asrama: Parc de Montsouris


Setidaknya ada beberapa yang membuat saya cukup confident dengan opsi ini:

  • Pertama, bagi seorang ayah baru, tentunya berkumpul bersama keluarga adalah sesuatu yang tidak bisa dikompromikan. Hadir untuk menyaksikan pertumbuhan anak adalah opsi yang in sya Allah tidak akan saya sesali. 

  • Kedua, adalah potential impact yang bisa saya create kalau kembali ke negara yang masalahnya masih banyak. Terlebih setelah menulis thesis tentang waste issues, rasanya resah ingin sekali kembali dan ikut terlibat solving problems di sektor ini

  • Ketiga, dan yang paling obvious kayanya: living cost di Palu jauh lebih murah dibanding Paris wkwkw (iyalah)


Apalagi di Palu, ada satu misi yang belum sempat terselesaikan. Yaitu ingin ada ekosistem social entrepreneurship yang vibrant supaya banyak startup2 dan anak muda yang tertarik untuk doing business for good. Beberapa kegiatan sebenarnya sudah sempat dilakukan sejak 2020, seperti event-event yang diperuntukkan untuk mempromosikan inisiatif2 social enterprise yang ada di Palu dan sekitarnya. Lewat Impact Palu, yang sempat mati suri beberapa tahun karena ditinggal kuliah, mimpi lama untuk melihat kampung halaman yang lebih keren itu ingin dihidupkan kembali. 


Kembali ditemani kopi botol andalan


Jadi ingat dulu waktu pertama kali terlintas nama Impact Palu di sela2 fellowship di US: harus ada enablers yang bisa unlock the potential of social entrepreneurship in Eastern Indonesia, and it should started in Palu first, and hopefully bisa nge-trigger model-model sejenis dan muncul di kota-kota Indonesia timur lainnya. Semoga. Bismillah.


Komentar

Postingan Populer